Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia
Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia
PERANGKAT teknologi berkembang dengan cepat. Tak terkecuali di sektor kelautan dan perikanan. Kini berbagai aplikasi digital bagi nelayan hadir seiring dengan perkembangan perangkat teknologi tersebut. Dengan perangkat yang ada, seperti telepon genggam, beberapa aplikasi dihadirkan untuk mengakses berbagai macam informasi maritim. Setiap aplikasi ini memberikan kemudahan bagi pengguna. Seperti lokasi-lokasi penangkapan ikan, cuaca saat melaut, keselamatan pelayaran, operasional kapal dan informasi harga ikan.
Untuk menggunakan aplikasi digital ini, tentunya ada yang bisa dioperasikan, karena ditunjang jaringan telepon seluler. Ada pula yang tidak bisa digunakan karena keterbatasan jasa sambungan internet pada jaringan provider di lokasi tertentu. Namun, yang menarik, berbagai aplikasi digital yang dikhususkan bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan di Indonesia dihasilkan tidak hanya lembaga riset pemerintah. Melainkan juga dari perguruan tinggi dan swasta. Berikut ini 6 aplikasi digital bagi nelayan yang berkembang dalam dua tahun terakhir di Indonesia.
1. TREKFish
ALAT penelusur dan perekam jejak penangkapan ikan ini dikembangkan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB). Perangkat teknologi tersebut dinamakan TREKFish. TREKFish merupakan piranti untuk menelusuri jejak penangkapan ikan. Baik itu ikan pelagis, rajungan, lobster dan lain-lain. Sistem yang dikembangkan adalah merekam perjalanan kapal dan bisa dideteksi kapan setting dan hauling. TREKFish dikembangkan di Laboratorium Instrumentasi & Robotika Kelautan di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB.
Alat ini dilengkapi dengan perangkat lunak fishER (Fisheries Electronic Reporting). Piranti ini cocok untuk perikanan skala kecil dan industri. Data dan informasi yang diperoleh mencakup penelusuran operasi penangkapan ikan (transit dan waktu operasi) dan peta distribusi hasil tangkapan utama. Selain itu, hasil tangkapan sampingan (by catch) dan CPUE (catch per unit of effort).
Perangkat ini dengan spesifikasi berupa Global Positioning System (GPS), baterai dan solar panel, casing kedap air. Penggunaan peralatan ini tidak memerlukan satelit.
2. Laut Nusantara
Aplikasi ini hasil kolaborasi Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) – Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan dengan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata). Seribu lebih nelayan di Indonesia telah disosialisasikan cara penggunaan piranti alat ini.
Aplikasi Laut Nusantara yang sebelumnya dinamakan “mFish” dibangun selama kurang lebih lima bulan. Data yang ada dalam sistem elektronik ini antara lain, informasi penangkapan ikan, jarak posisi ke lokasi penangkapan ikan, konsumsi BBM, jumlah hasil tangkapan, jenis-jenis ikan tangkapan, harga ikan di pelabuhan dan contact person.
Laut Nusantara berbasis sistem android yang ditargetkan untuk nelayan kecil dengan kapal di bawah 30 Gros Ton. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di apps store dan diinstal di ponsel untuk mengakses informasi yang tersedia dari seluruh wilayah Indonesia.
Aplikasi ini diluncurkan pada 30 Agustus 2018. Yang membedakan aplikasi “Laut Nusantara” dengan “mFish” adalah basis informasi yang lebih lengkap dan real time.
3. Nelayan Pintar
PERANGKAT teknologi ini dikembangkan Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Badan Riset Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Program nelayan go-online atau Nelayan Pintar (Nepin) dihadirkan untuk melayani berbagai kebutuhan para nelayan. Seperti keadaan cuaca, kondisi kepelabuhanan, besaran gelombang, arah angin dan harga pasaran ikan.
Nelayan dapat melihat harga ikan di setiap daerah dan menjadikannya sebagai bahan perbandingan. Dalam keadaan darurat, misalnya, kehabisan bahan bakar, terdapat SOS yang memungkin nelayan berkomunikasi dengan nelayan terdekat.
Aplikasi ini dapat membantu memutus mata rantai pasar tengkulak. Melalui sistem Peta Daerah Penangkapan Ikan, aplikasi ini menyediakan informasi market place lengkap dengan daftar harga ikan.
Aplikasi Nelayan Pintar hanya dikhususkan bagi nelayan kecil dengan kapal perikanan kapasitas 10 GT.
4. Nelayan Nusantara
APLIKASI digital Nelayan Nusantara telah diterapkan di tiga daerah di Indonesia, yakni di Sebatik di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Paguyaman Pantai di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo dan Natuna di Kepulauan Riau.
Perangkat alat berbasis sistem android ini mengggunakan jaringan Telkomsel. Aplikasi Nelayan Nusantara sebagai komitmen Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk mendukung pengembangan sektor perikanan.
BAKTI menggandeng PT Zetta Media Inspira (Zetmi) sebagai pembuat aplikasi Nelayan Nusantara
Nelayan Nusantara untuk mendukung kegiatan perikanan bagi nelayan kecil dengan kapal dibawah 10 GT.
Aplikasi ini menampilkan antara lain zona tangkapan ikan dan informasi kondisi cuaca seperti gelombang dan kecepatan angin. Kemudian, menghindari kecelakaan di laut, foto dan hasil tangkapan, serta informasi harga ikan bagi nelayan kecil dan masyarakat luas.
5. Wakatobi AIS
PERANGKAT radar pantai ini untuk keselamatan nelayan. Dengan radar pantai, nelayan dapat menggunakan teknologi ini untuk keselamatan di laut.
Teknologi ini disebut Wakatobi AIS, singkatan dari Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi AIS (Automatic Identification System). Fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik per detik pada stasiun penerima (Vessel Traffic System/VTS).
Teknologi ini dikembangkan peneliti dan perekayasa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi. Wakatobi AIS diciptakan atas identifikasi terhadap tiga masalah utama yang dihadapi nelayan dalam melaut.
AIS transponder berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 sentimeter. Panjang antena 100 sentimeter. Setiap unit memiliki bobot 0,6 kilogram agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil, khususnya yang armada berbobot di bawah 1 GT (Gross Ton).
Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian. Jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam, atau dirampok, maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian.
Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya.
6. E-Log Book
Aplikasi ini dikembangkan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hingga awal Juli tahun ini 5000 lebih kapal perikanan, telah menggunakan e-log book.
Proses pengisian e-log book sangat simple, hanya dengan 5 kali klik tombol, data operasional penangkapan ikan sudah terekam.
Penerapan e-log book penangkapan ikan dapat digunakan oleh nelayan yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga memudahkan nakhoda kapal melaporkan catatan harian penangkapan ikannya secara akurat dan real time.
Log book ini sebagai laporan harian tertulis nakhoda mengenai kegiatan penangkapan ikan. Log book merupakan landing declaration dari nakhoda, atau Surat Pernyataan Nakhoda mengenai aktivitas penangkapan sumber daya ikan (hasil tangkapan) di laut yang akan didaratkan di pelabuhan perikanan.
Proses pengumpulan data berbasis gadget ini sangat praktis, mudah dan efisien. Pengguna tidak lagi menggunakan kertas dalam pencatatan data operasi penangkapan ikan.
Untuk menggunakan e-log book, terlebih dahulu pelaku usaha, perusahaan maupun nelayan mengajukan surat permohonan aktivasi kepada syahbandar di pelabuhan perikanan. Permohonan ini untuk mengaktifkan aplikasi e-log book penangkapan ikan.
Setelah melakukan aktivasi, syahbandar akan mencetak tanda terima aktivasi. Selanjutnya, akan mendapatkan username dan password untuk log-in ke dalam aplikasi e-log book.
Aplikasi ini tersedia secara offline dan dikirim saat online. Nakhoda tidak perlu lagi ke pelabuhan perikanan, data yang ada langsung terintegrasi dengan aplikasi SILOPI.*
Komentar
Posting Komentar